Pendekatan pembelajaran matematika
Pendekatan dalam suatu pembelajaran
adalah suatu jalan, cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa
dalam pencapaian tujuan pembelajaran dilihat dari sudut bagaimana proses
pembelajaran tersebut dikelola ( Ruseffendi,98:240)
Soedjadi
(1999:102) membedakan pendekatan menjadi 2 yaitu:
1.
Pendekatan materi ( materi approach)
yaitu proses menjelaskan topic matematika tentu menggunakan materi matematika
lain.
2.
Pendekatan pebelajaran (teaching
approach) yaitu proses penyampaian atau penyajian topic matematika tentu
mempermudah siswa memahaminya.
Taffer (1991:32) membagi pendekatan
pembelajaran dalam matematika menjadi 2
komponen matematisasi yaitu:
a.
Matematisasi horizontal
Dalam
matematisai horizontal siswa dengan pengetahuan yang dimilikinya dapat
mengorganisasikan dan memecahkan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari
dengan kata lain matematisasi horizontal bergerak dari dunia/kehidupan nyata ke
dalam symbol. Matematisasi horizontal ini meliputi proses informal yang
dilakukan siswa dalam menyelesaikan suatu soal, membuat model, membuat skema
dam hubungannya.
b.
Matematisasi vertical
Matematisasi
ini merupakan pengorganisasian kembali dengan menggunakan matematika itu
sendiri. Metematisasi ini meliputi proses menyatakan suatu hubungan dengan
suatu formula, membuat berbagai model, merumuskan konsep baru dan dan melakukan
generalisasi.
Selain itu teffer juga mengklasifikasikan
pendekatan pembelajaran dalam matematika menjadi 4 berdasarkan komponen
matematisasinya yaitu:
·
Mekanistik atau pendekatan tradisional
Pendekatan
pembelajaran ini lebih memfokuskan pada latihan dan hanya menghadapi rumus saja
sedangkan untuk proses pematimatikaan keduanya tidak tampak.
·
Empiristik
Pada klasifikasi
ini pendekatan pembelajaran lebih menekankan pada matemasasi horizontal dan
cenderung mengabaikan matematika vertical.
·
Struktural
Pendekatan
pembelajaran yang lebih menekankan pada pematematikaan vertical den cenderung
mengabaikan pematematikaan horizontal. Atau merupakan kebalikan dari
klasifikasi empiristik.
·
Realistik
Realistic
memberikan perhatian yang seimbang antara pematematikaan horizontal dan
pematematikaan vertical dan disampaikan secara terpadu kepada siswa.
Dari uraian diatas , maka
pendekatan pembelajaran yang paling baik adalah pendekatan realistic karena
merupakan suatu prosedur dalam penyapaian bahan pelajaran matematika yang
paling pokok untuk mencapai tujuan pembelajaran.
pembelajaran
matematika realistic
kata realistic merujuk pada pendekatan
dalam pendidikan matematika yang telah dikembangkan di netherland belanda,
pendekatan ini mengacu pada pendapat freudenthal (Gravermeijer, 1994) yang
menyatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika
merupakan aktivitas manusia (mathematics as a human activity).
ini berarti bahwa matematika harus
dekat dan relevan dengan kehidupan anak sehari-hari. Matematika sebagai
aktivitas manusia berarti bahwa manusia diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk
menemukan kembali ide dan konsep matematika. Pendekatan ini kemudian dikenal
dengan nama Realistic Mathematics Education (RME).
Soedjadi (2001:2) mengemukakan bahwa
pembelajaran matematika dengan pendekatan realistic pada dasarnya adalah
pemanfaatan realita dan lingkungan yang dipahami peserta untuk memperlancar
proses pembelajaran matematika sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika
yang lebih baik. Selain itu soedjadi juga menjelaskan bahwa realita adalah hal
– hal nyata yang kongkrit yang dapat diamati dan dipahami siswa dengan cara
membayangkan. Sedangkan lingkungan adalah tempat dimana peserta didik berada
baik dilingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.
soedjadi, zulkardi dan asikin mengkarateristikan
pembelajaran matematika realistic menjadi 5 yaitu sebagai berikut:
1.
menggunakan masalah kontekstual ( the
use of context)
pembelajaran
diawali dengan menggunakan masalah kontekstual ( dunia nyata) dan tidak dimulai
dari system formal. Masalah kontekstual yang diangkat sebagai topic awal
pembelajaran harus merupakan masalah sederhana yang diketahui oleh siswa.
2.
Menggunakan model ( use models, bridging
by vertical instrument)
Istilah model
berkaitan dengan masalah situasi dan model matematika yag dikembangkan sendiri
oleh siswa, mengaktualisasikan masalah kebentuk visual sebagai sarana untuk
memudahkan pengajaran.
3.
Menggunakan kontribusi siswa (student
contribution)
Konstribusi yang
besar diharapkan pada proses belajar mengajar dating dari siswa artinya semua
pikiran ( konstruksi dan produksi)
4.
Interaksi ( interactivity)
Mengoktimalkan
proses pembelajaran melalui interaksi siswa dengan guru dan siswa dengan sarana
dan prasarana merupakan hal terpenting dalam pembelajaran matematika realistic.
5.
Terintegrasi dengan topic lainnya
(intertwining)
Struktur dan
konsep matematika saling berkaitan maka dari itu, keterkaitan antar topic (unit
pelajaran) tersebut harus dieksplorasi agar proses pembelajaran menjadi lebih
bermakna.
Selain karakteristik pembelajaran
matematika realistic terdapat juga prinsip –prinsip pembelajaran matematika
realistic. Menurut gravemejer ada tiga prinsip dalam pembelajaran yang
menggunakan pendekatan realistic matematika yaitu sebagai berikut:
1)
Penemuan kembali terbimbing (guided
reinvention) dan matematika progesif ( progresif mathematics).
Menurut
prinsip ini pembelajaran matematika perlu diupayakan agar siswa mempunyai
pengalaman dalam menemukan sendiri berbagai konsep, prinsip atau prosedur,
dengan bimbingan guru untuk menyelesaikan berbagai jenis masalah yang ada dalam
dunia nyata. Prinsip ini mengacu pada pernyataan tentang konstruktivisme bahwa
pengetahuan tidak dapat ditransfer oleh guru tetapi hanya dapat dikonstruksi
oleh siswa itu sendiri.
2)
Fenomenologi daktis ( didactical
phenomenology)
Yang
dimaksud dengan fenomenologi adalah para siswa dalam mempelajari konsep-konsep,
prinsip – prinsip atau materi lain yang terkait dengan matematika bertitik
tolak pada masalah – masalah kontekstual yang mempunyai berbagai kemungkinan
atau setidaknya berasal dari masalah yang dapat dibayangkan oleh siswa.
3)
Mengembangkan model – model sendiri
(self developed model)
Pada
prinsip ini siswa diharapkan dapat mengembangkan sendiri model atau cara
menyelesaikan masalah. Model atau cara tersebut dimaksudkan sebagai wahana
untuk mengembangkan proses berfikir siswa
karena dari proses berfikir tesebut siswa dapat mengembangkan sediri
model ataupun cara menyelesaikan masalah terutama masalah kontekstual.
Langkah – langkah dalam proses pembelajaran
matematika dengan pendekatan matematika realistic adalah sebagai berikut:
Langkah I : memahami masalah kontekstual
Dalam langkah ini guru memberikan soal yang
ada dalam kehidupan sehari – hari dan meminta siswa untuk memahami siswa
tersebut.
Langkah II : menjelaskan masalah kontekstual
Guru
menjelaskan situasi dan kondisi dari soal denagn cara memberikan
petunjuk-petunjuk atau berupa saran seperlunya terhadap bagian yang belum
dipahami oleh siwa.
Langkah
III:
menyelesaikan masalah kontekstual
Siswa
secara individual menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri.
Langkah
IV:
membandingkan dan mendiskusikan.
Guru
menyediakan waktu dan kesempatan kepada siswa unttuk membandingkan dan
mendiskusikan jawaban secara berkelompok untuk selanjutnya didiskusikan baik
untuk diskusi
kelompok maupun diskusi kelas.
Langkah
V:
menyimpulkan
Dari
hasil diskusi guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan suatu konsep atau
prosedur.
Pendidikan
matematika realistic Indonesia (PMRI)
Terkait dengan pendekatan
pembelajaran matematika, pendekatan matematika realistic saat ini sedang
dikembangkan di Indonesia, maka selanjutnya dikenal dengan sebutan pendidikan
matematika realistic Indonesia( PMRI). Pendekatan ini merupakan adaptasi dari
pendekatan matematika realistic yang dikembangkan di belanda oleh freudenthal.
PMRI merupakan pembelajaran yang menekankan aktivitas insane, dalam
pembelajarannya digunakan konteks yang sesuai dengan keadaan di Indonesia.
Dasar filosofi yang digunakan dalam
PMRI ini adalah kontrukstivisme yaitu dalam memahami suatu konsep matematika
siswa diharapkan membangun dan menemukan sendiri pemahamnnya. Karakteristik
dari pendekatan ini adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa
untuk membangun pemahaman tentang konsep yang baru dipelajarinya.
Menurut zulkardi (2000) PMRI adalah pendekatan yang bertitik tolak dari
hal-hal yang real ‘nyata’ bagi siswa, serta menekankan keterampilan proses
berdiskusi dengsn teman sekelas sehingga pada akhirnya hasil penemuanya
tersebut dapat ia gunakan untuk menyelesaikan masalah baik secara individu
maupun masalah kelompok.
Saat ini model pembelajaran dengan
pendekatan PMRI mulai diujicobakan di Indonesia sejak tahun 2002, pada muala
diujicobakan pada 4 universitas yaitu UPI bandung, UNY Yogyakarta, USD
Yogyakarta, UNESA Surabaya, kemudian masing- masing dari universiatas tersebut
melakukan uji coba pada sekolah dasar (SD) dan sedetajat mulai dari kelas 1
hingga kelas 6, dan untuk melengkapi kegiatan pembelajaran tersebut telah
disusun buku guru, buku siswa, dan lembar kegiatan siswa yang dibuat oleh tim
PMRI tersebut.
posting ini di susun berdasarkan beberapa sumber dari file PDF dan sumber lain yang terkait......
semoga bermanfaat, terima kasih............*@_@*
0 komentar:
Posting Komentar